Majalah Edisi 82

februari

KITA MENUAI APA YANG KITA TANAM

 

Orang bijak mengatakan, siapa yang menabur angin, maka dia akan menuai badai, bila kita kaji lebih lanjut, ini adalah suatu penjabaran dari hukum sebab akibat yang bisa diartikan apabila kita ingin mendapatkan akibat hasil yang baik, kita harus berbuat sebab yang baik. Sebaliknya apabila perbuatan kita buruk atau telah melakukan sebab yang buruk akibat nya tentu akan buruk juga. 

Yang berkaitan dengan hukum sebab akibat disini adalah bahwa semua perbuatan dan tindakan kita didunia ini, sebenarnya langsung kembali kepada diri kita sendiri. Hal ini dapat kita ketahui, kalau kita bisa mengambil hikmah dan menganalisa setiap kejadian yang kita alami dan menghubungkannya dengan perbuatan-perbuatan yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Dalam Islam, hukum sebab akibat itu dapat digambarkan apabila kita mengalami suatu musibah, maka itu disebabkan karena perbuatan kita sendiri, hal ini seperti tertulis dalam firman Allah SWT sebagai berikut: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri.” (QS  Asy-Syuura [42] : 30).

Dan perhatikan juga firman Allah SWT berikut ini: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum [30] : 41)

Sebenarnya alam telah memberi contoh kepada kita, bahwa apa yang diterima alam, itulah yang akan diberikan ke manusia. Contohnya, ada banjir karena keseimbangan alam terganggu, penebangan hutan, buang sampah ke sungai, dan lain-lain. Begitupun dalam pergaulan dengan sesama manusia, kita akan menerima apa yang telah kita berikan. Jika kebaikan yang kita berikan, balasannya adalah kebaikan juga. Dan kalau kejahatan yang kita berikan, maka akibat dari kejahatan itu, akan kembali kepada kita sendiri.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,……”(QS. Al Isra [17} : 7)

Apabila kita mampu  menyadari bahwa kebaikan bukan sekadar dalam tuntutan pergaulan hidup, tapi lebih sebagai bekal untuk hari kemudian (akhirat), maka kita akan menyiapkan bekal dengan sebaik-baiknya, melakukan amal shaleh, berbuat baik kepada siapa saja, yang sebenarnya itu merupakan investasi atau tabungan yang terbaik untuk akhirat kita kelak.   Perhatikan firman Allah SWT berikuit ini: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr [59] :18)

Mungkin ada dari kita yang kadang melupakan, bahwa bagaimana kehidupan kita di dunia ini, akan sangat menentukan kehidupan kita di akhirat kelak.   Perumpamaan hidup kita di dunia ini seperti seorang petani yang bercocok tanam, dan memetik hasil panennya nanti di akhirat. Apabila kita menanam kebaikan maka diakhirat nanti, kita pun akan menuai kebaikan juga. Dan bila kita menanam kejahatan, maka keburukanlah yang kita akan petik diakhirat kelak.

Namun bagi beberapa orang, kadang kesadaran itu larut dalam gemerlap dunia yang serba materialistis ini. Dimana kesuksesan diukur dari harta kekayaan yang dimiliki. Semua ini menyebabkan kita lebih banyak memikirkan dan berbuat untuk dunia kita saja.  Inilah akhirnya, yang menyebabkan kita miskin bekal untuk akhirat nanti. Jika itu yang terjadi, maka penyesalanlah yang didapat. Padahal Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya: “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah:7-8)

Semoga kita termasuk orang yang sungguh-sungguh bekerja untuk akhirat. Karena dunia ini adalah rangkaian episode yang dijalani dan akan dilewati, tempat bekerja, berjuang dan tempat kita bercocok tanam.  Bila kita menanam amal baik, maka buah yang akan dipanen pun akan baik pula. Begitupun sebaliknya, jika amal buruk yang kita semai, maka buah keburukan yang akan kita dapatkan. Karena itu, marilah kita menanam amal kebaikan sebanyak-banyaknya untuk kita panen di akhirat kelak.